Nuzulul Qur'an
yang kemudian diperingati oleh sebagian kaum muslimin mengacu kepada
tanggal pertama kali Al-Qur'an diturunkan kepada Rasulullah SAW di gua
Hira. Jika sebagian besar umat Islam di Indonesia meyakini 17 Ramadhan
sebagai tanggal Nuzulul Qur'an, Syaikh Syafiyurrahman Al-Mubarakfury menyimpulkan Nuzulul Qur'an jatuh pada tanggal 21 Ramadhan.
Lepas dari berapa tanggal sebenarnya, Nuzulul Qur'an dalam arti
turunnya Al-Qur'an kepada Rasulullah SAW secara bertahap atau
berangsur-angsur itu memiliki beberapa hikmah sebagai berikut:
1. Meneguhkan hati Rasulullah dan para sahabat
Dakwah Rasulullah pada era makkiyah penuh dengan tribulasi berupa
celaan, cemoohan, siksaan, bahkan upaya pembunuhan. Wahyu yang turun
secara bertahap dari waktu ke waktu menguatkan hati Rasulullah dalam
menapaki jalan yang sulit dan terjal itu.
Ketika kekejaman Quraisy semakin menjadi, Al-Qur'an menyuruh mereka
bersabar seraya menceritakan kisah para nabi sebelumnya yang pada
akhirnya memperoleh kemenangan dakwah. Maka, seperti yang dijelaskan
Syaikh Syafiyurrahman Al-Mubarakfury dalam Rakhiqul Makhtum,
Al-Qur'an menjadi faktor peneguh mengapa kaum muslimin sangat kuat
menghadapi cobaan dan tribulasi dakwah dalam periode Makkiyah.
Di era madaniyah, hikmah ini juga terus berlangsung. Ketika hendak
menghadapi perang atau kesulitan, Al-Qur'an turun menguatkan Rasulullah
dan kaum muslimin generasi pertama.
2. Tantangan dan Mukjizat
Orang-orang musyrik yang berada dalam kesesatan tidak henti-hentinya
berupaya melemahkan kaum muslimin. Mereka sering mengajukan pertanyaan
yang aneh-aneh dengan maksud melemahkan kaum muslimin. Pada saat itulah,
kaum muslimin ditolong Allah dengan jawaban langsung dari-Nya melalui
wahyu yang turun.
Selain itu, Al-Qur'an juga menantang langsung orang-orang kafir
untuk membuat sesuatu yang semisal dengan Al-Qur'an. Nyanta, walaupun
Al-Quran turun berangsur-angsur, tidak seluruhnya, toh mereka tidak
mampu menjawab tantangan itu. Ini sekaligus menjadi bukti mukjizat
Al-Qur'an yang tak tertandingi oleh siapapun.
3. Memudahkan Hafalan dan Pemahamannya
Dengan turunnya Al-Qur'an secara berangsur-angsur, maka para kaum
muslimin menjadi lebih mudah menghafalkan dan memahaminya. Terlebih,
ketika ayat itu turun dengan latar belakang peristiwa tertentu atau yang
diistilahkan dengan asbabun nuzul, maka semakin kuatlah pemahaman para sahabat.
4. Relevan dengan Pentahapan Hukum dan Aplikasinya
Sayyid Quthb menyebut para sahabat dengan "Jailul Qur'anil farid"
(generasi qur'ani yang unik). Diantara hal yang membedakan mereka dari
generasi lainnya adalah sikap mereka terhadap Al-Qur'an. Begitu ayat
turun dan memerintahkan sesuatu, mereka langsung mengerjakannya.
Interaksi mereka dengan Al-Qur'an bagaikan para prajurit yang mendengar
intruksi komandannya; langsung dikerjakan segera.
Diantara hal yang memudahkan bersegeranya para sahabat dalam
menjalankan perintah Al-Qur'an adalah karena Al-Qur'an turun secara
bertahap. Perubahan terhadap kebiasaan atau budaya yang mengakar di
masyarakat Arab pun dilakukan melalui pentahapan hukum yang memungkinkan
dilakukan karena turunnya Al-Qur'an secara berangsur-angsur ini.
Misalnya khamr. Ia tidak langsung diharamkan secara mutlak, tetapi
melalui pentahapan. Pertama, Al-Qur'an menyebut mudharatnya lebih besar
dari manfaatnya (QS. 2 : 219). Kedua, Al-Qur'an melarang orang yang
mabuk karena khamr dari shalat (QS. 4 : 43). Dan yang ketiga baru
diharamkan secara tegas (QS. 5 : 90-91).
5. Menguatkan bahwa Al-Qur'an benar-benar dari Allah yang Maha Bijakrana dan Maha Terpuji
Ketika Al-Qur'an turun berangsur-angsur dalam kurun lebih dari 22
tahun, kemudian menjadi rangkaian yang sangat cermat dan penuh makna,
indah dan fasih gaya bahasanya, terjalin antara satu ayat dengan ayat
lainnya bagaikan untaian mutiara, serta ketiadaan pertentangan di
dalamnya, semakin menguatkan bahwa Al-Qur'an benar-benar kalam ilahi,
Dzat yang Maha Bijaksana lagi Maha Terpuji.
Demikianlah, sebagian hikmah Nuzulul Qur'an, diturunkannya Al-Qur'an secara berangsur-angsur kepada Rasulullah SAW. Wallahu a'lam bish shawab. [Muchlisin.
Maraji: : مابحث في علوم القران karya Syaikh Manna Al-Qaththan, رحيق
المختوم karya Syaikh Shafiyurrahman Al-Mubarakfury, dan معالم في الطريق
karya Sayyid Quthb]
hikmah nuzzulul qur'an
About author: abang eko
Cress arugula peanut tigernut wattle seed kombu parsnip. Lotus root mung bean arugula tigernut horseradish endive yarrow gourd. Radicchio cress avocado garlic quandong collard greens.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar: