Ramadhan akan segera berlalu. Kurang lebih satu pekan lagi hilal syawal
akan muncul dan mengakhiri bulan mulia itu. Seperti biasa, kaum muslimin
menyikapi akhir Ramadhan dengan ragam kegiatan yang berbeda-beda.
Sebagian menjalankan sunnah I’tikaf untuk mengais keberkahan yang
tersisa di bulan ini, khususnya kemuliaan malam lailatul qadar. Sebagian
lainnya mulai menyibukkan diri untuk menyambut lebaran yang tengah
dinanti. Berbagai adat tradisi yang mengitari seputar idul fitri pun
mulai bermunculan di sana-sini.
Setiap muslim di ujung ramadhan mendapati dirinya pada dua dilema yang
selalu berulang setiap tahunnya. Kita pasti bersedih karena akan
kehilangan momentum pahala dan keberkahan yang berlipat-lipat di bulan
ramadhan, namun pada saat yang sama kita juga harus bergembira dengan
datangnya hari raya Idul Fitri. Dari Aisyah ra, Rasulullah SAW bersabda
tentang kebahagiaan di hari raya : “ Sesungguhnya setiap kaum itu
mempunyai hari raya, dan sungguh inilah hari kegembiraan bagi kita “ (HR
Bukhori).
Setidaknya ada tiga hal yang bisa dilakukan seorang muslim di akhir
ramadhan, agar bisa tetap optimal dalam menutup ramadhan, sekaligus
mempersiapkan kebahagiaan yang syar’I di hari raya nanti ;
Pertama : Berusaha tetap istiqomah dan bersungguh-sungguh dalam ibadah.
Rasulullah SAW senantiasa meningkatkan ibadahnya di akhir Ramadhan.
Beliau juga menjalankan sunnah I’tikaf – berdiam diri di masjid untuk
beribadah – selama sepuluh hari yang terakhir. Dari Aisyah ra, ia
berkata : adalah Nabi SAW ketika masuk sepuluh hari yang terakhir
(Romadhon), menghidupkan malam, membangunkan istrinya, dan mengikat
sarungnya (HR Bukhori dan Muslim). Ini adalah sebuah isyarat khusus dari
Rasulullah SAW bagi kita tentang bagaimana seharusnya mengakhiri
ramadhan. Jauh dengan yang sebagian besar dilakukan oleh kaum muslimin
di hari-hari ini, yaitu meninggalkan tarawih dan tilawah untuk ikut
berjubel di pusat perbelanjaan dan toko-toko pakaian. Ramadhan belumlah
usai, tetapi banyak yang mengakhiri ramadhan sebelum waktunya.
Di akhir Ramadhan ini, hendaknya seorang muslim sejenak melakukan
perenungan diri. Bermuhasabah agar hati ini tidak merasa sombong dengan
banyak ibadah yang telah dilakukan, tapi justru terus mawas diri dan
berharap agar puasa dan amal ibadah lainnya selama Ramadhan ini
benar-benar diterima di sisi Allah SWT. Hendaklah kita merenungi sabda
Rasulullah SAW : " Betapa banyak orang yang berpuasa, tapi tidak
mendapatkan dari puasanya kecuali hanya rasa lapar. Dan betapa banyak
orang yang sholat malam, tapi tidak mendapatkan dari sholatnya kecuali
hanya begadang " (HR Ibnu Majah & al-Hakim)
Kedua : Mengeluarkan zakat fitrah dengan ikhlas dan tepat waktu
Dari Ibnu Abbas ra : Rasulullah SAW mewajibkan zakat fitrah sebagai
penyucian bagi orang yang berpuasa dari kesia-sian dan perbuatan keji,
dan juga sebagai makanan bagi kaum miskin. Barang siapa yang
menunaikannya sebelum sholat (ied) maka itu adalah zakat yang
dikabulkan, dan barang siapa yang menunaikannya setelah sholat (ied)
maka dia termasuk sedekah biasa.(HR Ibnu Dawud & Ibnu Majah)
Mengeluarkan zakat fitrah di akhir ramadhan hendaklah ditunaikan dengan
ihsan. Mereka yang membayar zakat benar-benar harus memahami hikmah yang
terkandung dari kewajiban zakat fitrah. Jangan sampai ada yang merasa
ini hanyalah sebuah kebiasaan atau tradisi yang selalu berulang
menjelang hari raya. Hendaknya kita merasakan dengan hati mendalam bahwa
inilah kesempatan emas bagi kita untuk menebus kelalaian-kelalaian kita
saat berpuasa di hari-hari sebelumnya, sekaligus sarana berbagi
kebahagiaan di hari raya Idul Fitri. Dengan pemahaman yang baik tentang
zakat fitrah, maka insya Allah kita akan menjalankan benar-benar dengan
keikhlasan, dan juga tepat pada waktunya sesuai yang disyariatkan Islam.
Ketiga : Meningkatkan Syiar Idul Fitri, dan bukan sekedar menjaga tradisi.
Hari raya Idul Fitri adalah salah satu syiar dalam agama Islam.
Karenanya, sudah sepatutnya seorang muslim menyambutnya dengan
kegembiraan dan mengagungkannya. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an : “
dan barangsiapa mengagungkan syi'ar-syi'ar (agama) Allah, Maka
Sesungguhnya itu timbul dari ketakwaan hati “ (QS Al-Haj 32)
Rasulullah SAW dalam haditsnya banyak menunjukkan esensi hari raya Idul
Fitri sebagai sebuah syiar yang harus disemarakkan. Salah satu wanita
shahabat, Athiyyah ra berkata : Kami diperintahkan supaya keluar pada
hari raya, sehingga kami mengeluarkan gadis-gadis perawan dari
pingitannya dan mengeluarkan wanita-wanita haid. Mereka berada di
belakang orang banyak, ikut bertakbir dan berdoa bersama yang lainnya
karena mengharap berkah dan kesucian hari tersebut (HR Bukhori &
Muslim ). Riwayat di atas menunjukkan dengan jelas bagaimana gambaran
syiar Idul Fitri yang harus disemarakkan dengan optimal, diikuti dan
dirayakan oleh segenap kaum muslimin.
Indonesia kaya akan tradisi menyambut lebaran. Dari mulai tradisi mudik,
pakaian baru, hingga aneka hidangan di hari raya akan sangat
menyibukkan waktu kita menjelang hari raya.Tentu saja semua itu akan
tetap berharga dalam pandangan Islam, jika kita meniatkannya untuk
meningkatkan syiar hari raya, bukan sekedar menjaga tradisi apalagi
sarana bermewah-mewahan dan unjuk diri. Adalah penting sekali untuk
meluruskan niat di saat-saat seperti ini. Akan sangat berbeda antara
mereka yang mudik sekedar menjaga tradisi, dengan mereka yang memahami
dan menghayati silaturahmi sebagai salah satu amalan terbaik dalam agama
ini. Berbeda pula mereka yang membeli pakaian baru agar dipuji-puji,
dengan mereka yang meniatkan mengikuti anjuran Rasulullah SAW untuk
memakai yang terbaik di hari fitri. Sesungguhnya setiap amal bergantung
pada niatnya. Hari-hari ini kita akan banyak diuji masalah niat dan
keikhlasan.
Akhirnya, semoga Allah SWT memberikan kekuatan pada kita untuk mampu
menutup Ramadhan tahun ini dengan ihsan, serta menyambut dan mengisi
Idul Fitri dengan kegembiran yang bernilai di sisi Allah SWT. Sebuah
kegembiraan yang dijanjikan oleh Rasulullah SAW : " Bagi orang yang
berpuasa ada dua kegembiraan, kegembiraan ketika berbuka ( buka puasa
dan saat Idul Fitri) dan kegembiraan saat bertemu Tuhan mereka " ( HR
Bukhori &; Muslim). Wallahu a’lam bisshowab.
bagaimana mengakhiri ramadhan
About author: abang eko
Cress arugula peanut tigernut wattle seed kombu parsnip. Lotus root mung bean arugula tigernut horseradish endive yarrow gourd. Radicchio cress avocado garlic quandong collard greens.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar: