Salah satu jenis ibadah yang: umum, sangat tua, dan semua agama
memerintahkannya adalah puasa. Jenis ibadah ini lebih universal, meskipun
cara pelaksanaanya berbeda-beda. Dalam sejarah, puasa sudah dilaksanakan
oleh bangsa Mesir kuno, Yunani, dan Romawi. Puasa merupakan ajaran semua
agama, baik yang samawi seperti Yahudi dan Nasrani maupun yang thabi'i
(kultur), seperti Hindu dan Budha. Perbedaannya terletak pada motivasi
pelaksanannya (niatnya), penyebabnya, serta cara pelaksanaanya.
Umumnya, orang berpuasa pada saat menghadapi berbagai kesulitan hidup,
ketika berduka cita, atau sedang mengalami musibah. Orang berpuasa untuk
menandai masa-masa berkabung. Di kalangan penyembah berhala, orang berpuasa
karena didorong oleh keinginan untuk menghilangkan kemarahan tuhan, karena
mereka telah banyak melakukan pelanggaran. Melalui puasa mereka
mengaharapkan kerelaan tuhan untuk kemudian memeberikan pertolongan. Sampai
saat ini masih banyak orang yang melaksakan puasa karena motivasi seperti
ini.
Karena puasa ini merupakan ibadah yang universal, artinya semua agama
mengajarkannya, maka banyak orang Islam yang ketika bulan Ramadan tiba
sangat antusias menjalankan puasa walaupun dalam kesehariannya mereka tidak
menjalankan salat. Bagi mereka puasa itu mempunyai arti yang lebih dari
sekadar ibadah puasa.
Pemaknaan puasa seperti di atas boleh-boleh saja, asal tidak sampai
tercampur dengan motivasi-motivasi lain, yang sumbernya berasal dari ajaran
agama lain (atau mistisisme). Pemahaman semacam itu masih besar dalam diri
umat Islam Indonesia (serta mungkin umat Islam negara lainnya, khususnya di
kawasan Asia). Tugas para dai adalah meluruskan dan memurnikan ajaran Islam
dari segala pengaruh agama lain (kepercayaan lain), yang sesat dan
menyesatkan.
Dalam konteks syariat Islam, motivasi puasa atau shiyâm tidak lain kecuali
untuk meninggikan derajat manusia ke puncak kehidupan ruhaniyah yang tinggi
dan mulia dalam pandangan Allah. Dalam pandangan Islam, derajat tertinggi
manusia adalah yang bertakwa. Allah menegaskan dalam firmannya:
"sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu adalah yang paling
bertakwa" (QS. al-Hujurat:13). Siapa pun dapat mencapai derajat ini tanpa
memandang status sosial.
Takwa inilah yang menjadi tujuan utama disyariatkannya puasa Ramadan.
Inilah motivasi dasar dari segala bentuk ritual Ramadan. Kaum muslimin
hendaknya mempunyai tujuan yang sama , untuk bersama-sama menjalankan
ibadah (puasa) agar mencapai puncak rohaniah yang tertinggi dan termulia di
sisi Allah swt. Untuk apa menjadi presiden jika hanya mengantarkan kita
lebih cepat meluncur ke neraka? Untuk apa menjadi pejabat jika mempermudah
kita berlumur dosa? Untuk apa menjadi konglomerat jika hanya akan
menyengsarakan kehidupan kita di dunia dan akhirat?.
Ramadan kali ini adalah kesempatan bagi kita untuk berlomba-lomba mencapai
tingkatan takwa. Kita mengalami defisit takwa. Orang yang bertakwa
jumlahnya jauh lebih sedikit dibandingkan dengan mereka yang jahat, kotor,
dan tak bermoral.
Seandainya negara seperti Indonesia ini dipenuhi orang-orang yang bertakwa,
krisis yang melanda tentu akan mudah teratasi. Kenapa demikian? Orang yang
bertakwa akan selalu dibimbing Allah, diberi petunjuk ke jalan yang benar,
sehingga mereka akan mampu memecahkan setiap permasalahan. Allah berjanji,
Allah akan menjadi pembimbing bagi orang-orang yang bertakwa (QS.
al-Jatsiyah: 19).
Jika Allah sudah menjadi pembimbing kita, tentu dia menunjuki kita ke jalan
yang terang benderang. Allah pasti akan menuntun kita agar kaki kita tidak
terperosok ke dalam lubang krisis yang sulit dilepaskan. Jika Allah
membiarkan kita berjalan sendiri, bisa jadi kita lepas dari mulut singa
tapi masuk ke mulut buaya. Sama saja.
Stok insan yang bertakwa saat ini tengah berkurang. Kita sedang kekurangan
orang-orang yang dibimbing jalannya oleh Allah swt. Sebenarnya sudah lama
kita mengidam-idamkan generasi muttaqin (yang bertakwa), tapi betul bahwa
takwa sudah lama menjadi idaman, bahkan menjadi program. Harapan kita,
pendidikan akhlak dan moral, termasuk ketakwaan kepada Allah swt, biarlah
dikembalikan kepada yang bertanggung jawab, yaitu lembaga agama.
Jika benar-benar lahir generasi takwa di dunia ini, niscaya secara alami
seluruh persoalan dunia dapat diatasi. Bukankah Allah mencintai hambanya
yang bertakwa? Allah berfirman : "Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang
yang bertakwa" (QS. ali-Imran: 76). Jika Allah sudah mencintai hamba-Nya,
tentu Dia tidak rela hamba-Nya terus menerus berada dalam kesulitan. Allah
pasti akan mengangkatnya dari "lumpur yang kotor" itu, kemudian memberi
tempat yang terpuji dan mulia.
Jika kita lebih teliti lagi membaca Al Qur'an, ternyata Allah swt tidak
hanya sekedar cinta, tapi selalu bersama-sama orang yang bertakwa. Ini
janji yang luar biasa. Sekedar dikawal tentara yang bersenjata saja kita
sudah merasa aman, apalagi jika kita dikawal Allah. Sekedar ditemani orang
yang kita cintai saja sudah merasa tentram, apalagi ditemani Allah yang
berfirman sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang bertakwa (QS.
al-Baqarah: 194).
Dengan janji-janji di atas, pantas jika kemudian Allah mengangkat orang
yang bertakwa ke derajat yang paling mulia. Sebab mereka pastilah generasi
yang menang , bukan yang menang-menangan. Artinya kemenangan yang mereka
raih bukan sekedar untuk dirinya sendiri dengan merugikan pihak lain, tapi
kemenangan yang sejati, kemenangan untuk semua. Dalam menyelesaikan
masalah, mereka berprinsip win-win, menang sama menang, bukan kalah sama
kalah.
Kepada mereka yang bertakwa, sekali lagi Allah menjanjikan "kesudahan yang
baik (kemenangan) adalah untuk orang-orang yang bertakwa" (QS. al-A'raf:
128). Sekarang tinggal kita, percaya atau tidak terhadap janji Allah, pasti
ditepati. Dunia ini akan menjadi jaya, jika segenap penduduknya bertakwa.
Ini suatu aksioma yang tidak bisa ditawar-tawar lagi. Allah berfirman:
"Jika sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami
limpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi. Tetapi mereka
mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan
perbuatannya" ( QS. al-A'raf 96).
Ada satu jalan suci yang dapat diraih oleh seluruh umat manusia untuk
meraih segala kemuliaan itu, meraih ketakwaan dengan seluruh nafasnya.
Jalan suci itu adalah berpuasa, khususnya berpuasa di bulan suci Ramadan.
Di sana lah menunggu janji-jani Allah kepada kemuliaan dunia beserta
isinya. Maka, rugilah bila kita tidak berpuasa.
jalan kemuliaan puasa
About author: abang eko
Cress arugula peanut tigernut wattle seed kombu parsnip. Lotus root mung bean arugula tigernut horseradish endive yarrow gourd. Radicchio cress avocado garlic quandong collard greens.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar: